spektrum memorimu selalu kutunggu

ihsan
2 min readMay 4, 2023

--

Photo by Clay LeConey on Unsplash

‘Jadi, aku mulai darimana ceritanya?’

‘Terserah. Aku sudah memasang telinga baik-baik.’

‘Semuanya bermula saat aku memutuskan menikah dengan gadis yang kutaksir sejak masa sekolah. Hidupku kala itu sangat sempurna, mau berkata apalagi seorang lelaki yang parasnya biasa saja ini bisa dapat pendamping yang bahkan dulu sosok paling populer di sekolah pun nggak bisa dapat cintanya?’

Sungguh awal yang seperti dongeng untuk pria urakan yang tampak selalu ngelantur setiap kali suara keluar dari mulutnya. Tapi, aku tetap mencoba mendengarkan.

Anggap saja ini adalah permulaan dari kisah yang pantas punya ending yang bahagia.

‘Lalu? Apa yang terjadi hingga kau bisa seperti ini?’ ujarku

‘Aku mengaku kalau aku memang salah. Seandainya saat itu aku nggak melakukan hal bodoh, niscaya hidupku masih lah dikelilingi oleh kebahagiaan.’

‘Lihatlah aku sekarang — dekil tak terurus, ditinggalkan oleh istri dan anak yang sangat aku sayangi, hartaku habis tak bersisa dan bukannya aku mencoba untuk bangkit kembali dengan memulai hidup yang baru — aku malah berada disini ngobrol dengan seseorang yang bahkan aku nggak tahu siapa namanya.’

‘Aku Danielle.’ jawabku sambil menyodorkan tangan

‘Nama yang cantik. Kau sedikit mengingatkanku pada dia.’

‘Siapa?’ aku bertanya

‘Emm, sudahlah. Aku hanya basa-basi saja. Apa lagi yang mau kau tanyakan?’

‘Rachel ya namanya?’

Sontak dia kaget dan terheran-heran. Aku tebak alasan dia kaget lebih kepada mengapa aku bisa tahu isi pikirannya dengan sekali percobaan.

Dia mungkin mengira aku penyihir, sekarang. Ha ha ha.

‘Apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?’ ujarnya penasaran

‘Mungkin? Aku juga nggak tahu. Tapi, ceritamu seperti nggak asing di telingaku.’

Sorot matanya yang sayu itu mencoba menerka apa dia sedang di alam mimpi atau bukan.

Sayangnya, ini adalah dunia nyata.

‘Dia orang yang baik, walaupun dia mungkin sudah punya pria lain yang bisa melihat senyuman hangatnya setiap pagi, aku tetap bersyukur pernah ditakdirkan menikahi sosok yang juga adalah cinta pertamaku.’ ujarnya

‘Menurutmu, apa dia masih mengingatku?’ tanyanya padaku

‘Tentu saja!’

‘Rachel nggak akan mungkin lupa dengan sosok yang membuatnya menangis bahagia saat kau melamarnya di taman sehabis hujan.’

‘Rachel nggak akan mungkin lupa dengan lelaki yang rela makan lauk sisa kemarin demi istri dan anaknya bisa makan enak setiap hari.’

‘Rachel juga nggak akan pernah bisa lupa dengan orang yang rela menemaninya terjaga di tengah malam saat dia tiba-tiba nggak bisa tidur.’

Aku langsung memeluknya.

‘Kenapa? Aku bahkan tidak mengenalmu?’ katanya kebingungan

‘Kalau begitu mari berkenalan lagi! Aku Danielle Malik. Seorang psikiater.’

‘Wah, nama belakangmu sama dengan namaku. Salam kenal juga kalau begitu.’

‘Ah, itu hanya kebetulan. By the way, aku selalu antusias mendengar ceritamu dan Rachel. Sebab, kini hanya darimu aku bisa menyusun kembali memori yang perlahan terkikis oleh waktu.’

‘Memangnya memori apa?’ tanyanya padaku

‘Entahlah…’

Angin sejuk dari jendela kamar rumah sakit berhembus cukup kencang sore ini.

--

--

ihsan
ihsan

Written by ihsan

a heartbreak lover probably?

No responses yet