satu menit

ihsan
2 min readApr 19, 2024

--

Photo by RODRIGO GONZALEZ on Unsplash

Apa yang tersisa dari orang tua yang kini rambutnya semakin memutih, tangannya tak lagi gesit merespon sentuhan, dan memorinya tinggal menunggu waktu untuk hilang dan tak kembali?

Genggaman tangan saat bersalaman, obrolan seputar bagaimana kehidupan kita kini tanpa mereka, yang sesekali di selingi tawa sungguh adalah momen paling berharga yang kelak takkan terulang lagi.

Sepuluh tahun yang lalu, mungkin banyak dari kita yang kesal dengan ayah dan ibu karena mereka membelikan baju yang nggak sesuai selera, melarang untuk bermain keluar, menyuruh untuk membeli sesuatu di warung, merapihkan kasur sendiri, memberi uang jajan yang selalu dirasa kurang banyak, memasak lauk yang itu-itu lagi, dan lain-lain.

Semakin dewasa, maka sumber dari kekesalan yang ditumpuk semasa remaja akan terus bertambah.

Tuntutan masuk universitas ternama, tak setuju dengan cita-cita yang berbeda dari bayangan ideal mereka, tak merasa cocok dengan pasangan yang akan kita seriusi, adalah beberapa hal yang kerap membuat hubungan anak dan orang tua jadi berantakan.

Namun, dari banyaknya rasa kesal yang terpendam, rasanya tidak adil untuk kita menyimpulkan kalau hidup tanpa mereka akan jauh lebih baik.

Karena di antara lamunan orang-orang sepulang kerja yang menatap ke persimpangan jalan yang sedang macet, percayalah kalau ada dari mereka yang merindukan hal yang dulu mereka kesalkan.

Di antara antrean orang yang sedang check-in di terminal keberangkatan untuk mudik, percayalah kalau ada dari mereka yang ingin merasakan kembali omelan orang tua yang sekarang baru disadari ternyata ada benarnya.

Di antara orang-orang yang percaya diri bilang kalau mereka sudah hidup mandiri di kota metropolitan, percayalah kalau steak terenak yang ia cicipi di gedung pencakar langit termewah takkan pernah mengalahkan wangi masakan sederhana ibunya di kampung.

Dan di antara orang-orang yang melewatkan kesempatan untuk bertemu orang tua mereka lagi selamanya di dunia, percayalah kalau di lubuk hati nya yang paling dalam mereka masih berharap :

‘Andai kau bisa kembali disini satu menit saja!’

--

--

ihsan
ihsan

Written by ihsan

a heartbreak lover probably?

No responses yet