‘Sebungkus rokok signature, kan? Lalu apalagi?’
‘Udah itu aja, mas.’
Kebiasaanku sehabis pulang kantor, singgah di warung depan komplek yang udah hafal aku mau beli apa.
Segera kunyalakan motor bututku dan pulang ke rumah.
Aku rasanya ingin tidur saja dan bangun lagi esok hari, segera setelah melalui hari yang membosankan ini.
Aku rasanya ingin berendam di bathtub tanpa melepas setelan jas dan kemejaku.
Aku rasanya ingin makan dengan lahap tanpa melihat lauk apa yang ada di meja.
Apa semua kegundahan ini karena perkataan dia, ya?
Ting! Notifikasi handphoneku berbunyi.
Pesan dari orang kantor, ternyata.
Jujur, aku masih mengharapkan namamu yang timbul disana.
Anak magang pemalu yang aku temui di kantin gedung E, apa kabarmu?
Senyuman hangat yang kau tebar padaku saat aku bertanya siapa namamu, aku masih ingat jelas.
Harum telapak tanganmu saat aku menyodorkan tangan ingin berkenalan, aku masih ingat wanginya.
Jujur, detik itu juga, aku merasa bahwa kamulah yang akan menjadi tujuan dari petualangan yang selama ini aku terus hindari.
Pelukan kecil nan canggung saat kau pertama kali naik motorku, aku masih ingat rasanya.
Kedipan matamu saat aku selesai mengantarmu pulang, aku masih simpan dengan baik dalam memori.
Sayangnya, kamu bilang padaku bahwa kita nggak akan ketemu lagi.
Beberapa pertanyaan mendadak yang aku nggak bisa jawab saat itu, akhirnya meyakinkan dirimu untuk pergi.
Udara sore hari ini lumayan sejuk.
Aku segera membuka jendela kamar untuk menghisap sebatang rokok lagi sebelum mandi dan berganti pakaian.
Di sela hembusan nafasku, perlahan aku menemukan jawaban dari pertanyaanmu waktu itu.
Pertanyaan yang kamu beri adalah :
‘Apa yang kamu rasakan selama bersamaku?’
‘Andai kamu ternyata bukan jodohku, apakah kamu akan mencari sosok pengganti diriku?
Izinkan aku menjawab hari ini, dan tanpa kamu ketahui.
Jawaban dari pertanyaanmu yang pertama :
‘Bersamamu sungguh adalah petualangan paling menyenangkan. Aku selalu ingin bertemu denganmu kembali, persis layaknya seseorang yang ingin menonton film favoritnya yang sudah ia tonton berulang kali. Terlepas dari ending yang sudah aku tebak, atau plot yang penuh suka dan duka.’
Jawaban dari pertanyaanmu yang kedua, aku jawab singkat saja :
‘Aku sudah menemukan penggantimu!’
Awan berarak dan mentari perlahan menghilang dari penglihatanku.
Tampaknya akan hujan. Aku lalu menutup jendela dan bersiap untuk mandi.
Hujan lalu membasahi pekarangan rumahku.
Pancuran air shower membasahi tubuhku.
Dan, entah air dari mana yang membuat mataku seketika sembab.
Aku nyatanya tak pandai berbohong.
Aku… tidak akan pernah bisa menemukan penggantimu.